Pentingnya keseimbangan dalam sebuah perancangan desain, dilihat dari sudut pandang Desainer dan Klien

Yusril Nugraha
6 min readJun 7, 2021

--

Gambar diambil dari Goggle

Dalam kesempatan kali ini, penulis akan sedikit menjelaskan pengalaman pribadi perihal konflik yang pernah dialami semasa mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Bagaimana hal itu bisa terjadi dan penyelesaiannya? berikut ini adalah rangkumannya. Selamat membaca…

Mengacu pada dasarnya, setiap manusia yang hidup di dunia ini dapat dipastikan memiliki perbedaan antara satu sama lain, perbedaan ini bisa diartikan dalam dua jenis pandangan yaitu horizontal dan vertikal, pandangan perbedaan horizontal bisa dilihat dari perbedaan kelompok atau antar individu yang tidak melihat tinggi rendahnya suatu tingkatan (biasanya disebut diferensasi sosial), adapun perbedaan dalam pandangan vertikal dapat dilihat dari perbedaan antar individu atau kelompok.

Sebagai manusia yang diciptakan dalam bentuk dan diberikan perbedaan satu dengan yang lainnya oleh Tuhan YME, maka perbedaan ini harus disikapi dengan penuh pengertian akan kesetaraan karena semua perbedaan yang dimiliki harus mendasari rasa toleransi agar tidak terjadi masalah sosial.

Perbedaan kebutuhan setiap individu bukan sebuah masalah jika cara melihatnya dengan sudut pandang produsen, perbedaan kebutuhan individu juga termasuk faktor yang akan membuka peluang majunya sebuah perusahaan.

Graphic Design atau Desain Grafis adalah suatu istilah penamaan yang mengacu pada latar dwimatra atau dua dimensi (2d) yang bervariasi baik format dan kompleksitasnya (Preble, Duane and Sarah,1985:211).

Apa itu Desain?

Kata “desain” adalah kata baru yang diindonesiakan dari bahasa inggris: design. Sebetulnya kata “rancang” atau “merancang” adalah terjemahan yang dapat digunakan. Namun dalam perkembangannya kata “desain” menggeser makna kata “rancang” karena kata tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor profesi atau kompetensi Desainer (Sachari, 2000 hal. 23). Bila dalam desain itu sendiri terdapat komponen-komponen desain yang harus ditampilkan agar bisa dikatakan seimbang (balance) atau tidak berat sebelah. Desainer harus bisa memadukan keseimbangan antara tulisan, warna, ataupun gambar sehingga tidak muncul kesan berat sebelah.

Artian desain itu sendiri adalah proses membuat dan mengkomunikasikan suatu ide atau gagasan dalam bentuk visual. Adapun prinsip-prinsip dasarnya seperti kesamaan (proximity), pengelompokan (grouping), kontras (contrast), kedekatan (proximity), kesamaan (similarity), kesatuan (unity), dan keterlanjutan (continuation). Serta menyediakan susunan bagi elemen seperti tekstur, titik, warna, garis, bidang, dan ruang. Tujuan utama desain adalah mengkombinasikan seluruh komponen tersebut kedalam suatu kesatuan untuk mencapai satu harmoni. Sedangkan bila orang yang berprofesi sebagai perancang desain disebut dengan desainer, untuk menjadi seorang desainer bukanlah hal yang mudah. Selain harus mengerti style yang sedang populer di marketnya, seorang desainer juga harus bisa memahami kebutuhan klienya dengan baik.

Bagi Widagdo (1993:31) desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, dan pragmatis. Jagat desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerakan, dan perubahan. Hal itu karena peradaban dan ilmu pengetahuan modern memungkinkan lahirnya industrialisasi. Sebagai produk kebudayaan yang terkait dengan sistem sosial dan ekonomi, desain komunikasi visual juga berhadapan pada konsekuensi sebagai produk massal dan konsumsi massa.

Desain yang secara pengertian fleksibel terus berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Perkembangan desain bisa dipastikan tetap pada pedoman desain yaitu sesuai dengan prinsip dan elemen-elemen dasar pada desain itu sendiri. Dengan adanya pedoman tersebut, seorang desainer bisa mempelajari desain yang baik untuk target audiencenya. Sebagaimana dikemukakan oleh Sachari dan Sunarya (2001, hlm. 10) bahwa “Desain adalah terjemahan fisik mengenai aspek sosial, ekonomi, dan tata hidup manusia, serta merupakan cerminan budaya zamannya. Desain adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud, desain adalah produk dari nilai-nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu.”

Mendesain bukan hanya untuk masalah memenuhi kebutuhan

Menjadi seorang desainer tidak hanya sekedar mendesain apa yang dibutuhkan oleh seorang klien, namun juga harus bertanggung jawab dengan desain yang dibuatnya, dan tentang bagaimana desain tersebut dapat diterima oleh klien. Terkait dengan itu, T. Susanto (2005:15–16) menyatakan, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun perasaannya; rupa yang mengandung pengertian atau makna, karakter serta suasana, yang mampu dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas.

Tentunya hal tersebut memiliki langkah yang harus diambil oleh desainer tersebut sebelum ia mulai mengerjakan desainnya. Seorang desainer harus memahami dahulu prinsip-prinsip dan elemen dasar desain agar lebih paham dalam desain yang dihasilkan dapat maksimal. Menurut pemaparan Sumbo Tinarbuko desain komunikasi visual dapat dipahami sebagai salah satu upaya pemecahan masalah (komunikasi, komunikasi visual) untuk menghasilkan suatu desain yang paling baru di antara desain yang baru. (Tinarbuko, 1998:66).

Sebagai desainer harus menyadari banyak faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Dari hal yang sederhana seperti faktor demografi dan regional suatu informasi, sampai reaksi emosional dari audien itu sendiri. Seorang desainer juga perlu mempelajari teori-teori psikologis untuk memahami cara kerja dari persepsi visual. Salah satunya adalah teori Gestalt, yang menyatakan bahwa keseluruhan (whole) suatu objek visual lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya. Dengan kata lain, orang akan melihat suatu objek sebagai satu unit utuh sebelum mereka menyadari perihal komponen-komponen tunggal yang menyusunnya. Dalam pandangan Sanyoto (2006:8) desain komunikasi visual memiliki pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata.

perbedaan persepsi

Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa setiap orang pasti akan mempunyai perbedaan persepsi terhadap suatu hal dan cenderung menanggap bahwa masing-masing orang tersebut menganggap bahwa sudut pandang mereka yang paling benar sehingga terkadang tidak mau mendengarkan sudut pandang orang lain. Hal ini tentu berkaitan dengan perancangan sebuah desain, sehingga dapat mengakibatkan masalah bagi desainer dan klien, oleh karena itu adanya perbedaan sudut pandang merupakan hal yang sangat sering terjadi pada kehidupan manusia apalagi setiap manusia mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Dengan adanya perbedaan persepsi dalam perancangan desain, seharusnya desainer dan klien dapat memunculkan rasa saling menghargai dari setiap masing-masing sudut pandang yang berbeda, dalam artian menilai suatu hal atau dalam mebuat karya desain karena dengan adanya perbedaan persepsi bukanlah untuk menimbulkan pertikaian namun untuk membuka pandangan baru sehingga dapat digunakan sebagai pembelajaran dan juga dapat menimbulkan rasa saling saling menghargai terhadap orang.

Penyelesaian konflik Desainer dan Klien

Berdasarkan pemaparan di atas, artikel ini mendalami tentang konflik yang terjadi ketika klien ingin membuat sebuah desain yang di perlukan melalui seorang desainer grafis atau yang mendesain, dimana jalan keluar permasalahan pokoknya menyeimbangkan sudut pandang antara klien dan desainer demi mewujudkan sebuah desain yang baik. Perbedaan faktor-faktor di sudut pandang masing-masing orang lah yang akan mempengaruhi hasil maupun alur sebuah desain itu sendiri, sehingga perlunya sebuah penyelesaian atau jalan tengah dari semua itu.

Sebelumnya bisa diambil kesimpulannya, bahwa rasa menghaargai satu sama lain adalah hal yang penting dalam ruang lingkup pekerjaan maupun dalam bersosialisasi dengan sesama makhluk hidup, disamping menciptakan sebuah kehidupan yang harmonis antar individu alasan lainnya adalah ketika sedang membutuhkan sesuatu apapun kepada orang lain. Karena pada dasarnya kita dalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri artian lainnya tidak bisa hidup tanpa orang lain. Karena bukan tidak mungkin bila hal itu tidak di aplikasikan pada kehidupan sehari-hari bukan tidak mungkin sebuah konflik maupun masalah akan menghampiri secara tidak sadar.

Disisi lain, bukan masalah membebankan sesuatu hal kepada seserang karena memang tugasnya, namun ada beberapa hal yang mengharuskan untuk mengenyampingkan pemikiran seperti itu karena mengingat manusia mempunyai kapasitasnya masing-masing dan tidak bisa menyama ratakan, menginagt itu adalah karunia Tuhan YME yang diberikan kepada hambanya.

Perihal penyampaian ilmu yang telah didapat kepada orang lain bukanlah sebuah masalah, karena menyampaikan ilmu kepada orang lain adalah sebuah bentuk ibadah dan ladang amal bila mana kelak ilmu yang telah disampaikan di aplikasikan pada kehidupan, sama seperti contohnya seorang desainer menjelaskan atau memberikan ilmunya kepada klien, justru itu bisa mempermudah pekerjaan kelak ketika klien tersebut datang kembali bilamana ada keperluan.

Demikianlah informasi seputar konflik antara Desainer dan Klien, semoga bisa bermanfaat. Jika ada tambahan, jangan ragu untuk berkomentar ya. Serta, jangan lupa untuk share/bagikan artikel ini ke teman-teman kamu.

51918088 - Yusril Nugraha

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Desain

Universitas Komputer Indonesia

--

--

Yusril Nugraha
Yusril Nugraha

Written by Yusril Nugraha

0 Followers

Will move for fun, will try for fail.

No responses yet